Saturday, June 22, 2013

Gerimis Pagi

Aroma tanah basah mendera..
menyusup paksa ke dalam otak..
meracuni tiap rongga kepala dengan kenangan yang terasa pahit dan manis pada detik yang bersamaan..

akan kau pahami jika kau pernah merasai situasi ini..
situasi saat asamu hampir habis..
saat napas tercekat tepat di tenggorokkan..
situasi ketika setiap jalan yang ada, seluruhnya menjadi tampak tidak realistis untuk ditempuh..
sementara pada waktu yang lain, kadang yang terjadi adalah separuh dari jiwamu bersikeras untuk tetap bertahan, untuk tetap menunggu, namun separuhnya lagi nyata-nyata sudah terlanjur menyerah..

lalu, ke arah mana kau akan berlari?



*Jakarta, 17 Juni 2013, 11:02am

Saturday, May 4, 2013

Forgive..


Jika ada yang menyakitimu, mungkin Allah hendak membalas perbuatanmu terdahulu, atau bisa jadi Allah hendak memahamkanmu terhadap sesuatu. Setiap episode dalam hidup, ngga pernah ada yang sia – sia. ngga akan ada ceritanya tuh Allah sekedar iseng ngasih kita ujian ini dan itu. Pasti ada maksudnya. Ya kan?
Atas kemungkinan yang pertama, maka bersyukurlah. Kenapa? Karena Allah membalas dosa kita di dunia. Dengannya kita masih sempat untuk bertaubat, minta ampun dan masih punya kesempatan untuk memperbaiki diri. Lah kalau di balasnya nanti di akhirat? Apa mungkin minta kembali lagi ke dunia untuk memperbaiki diri? Ga kan? So, just give thanks for that.
Untuk kemungkinan kedua. Ini tergantung pada kepekaan hati masing – masing. Tergantung seberapa tajam hati kita “membaca” maksudNya Allah.
***


Atas apa yang terjadi dalam hidup saya belakangan ini, maka saya dengan kesoktahuan saya menganggap Allah hendak memahamkan saya tentang “how to forgive”. Beberapa hadist dan penggalan kalimat yang saya tulis sebenarnya untuk diri saya sendiri. Tapi semoga juga bisa memberi inspirasi dan manfaat bagi orang lain.


Forgive..

Allah akan mengangkat derajat orang yang memberi maaf kepada orang lain” 
(HR. Muslim)

“akhlak yang paling mulia adalah menyapa mereka yang memutus silaturahim, memberi kepada yang kikir terhadapmu, dan memaafkan mereka yang menyalahimu.” 
(HR. Ibnu Majah)

“tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari kiamat) dari akhlak yang baik.” 
(HR. Abu Dawud)

“Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain melainkan Allah akan menambah kemuliaannya” 
(HR. Muslim no.4689)


See? Jelas yah? Betapa memaafkan itu amat mulia. Dua kalimat lagi yang jadi penguat bagi saya untuk meyakini ini..

Jika memaafkan tak mengubah orang tersebut, maka itu pasti mengubahmu menjadi seseorang yang lebih pengertian dan mulia hatinya.
(di ambil dari akun twitter @kutipan)

Memberi maaf berarti memilih kemuliaan disisi Allah
(twit uje yg di repost oleh @fahiraidris untuk mengenang kepergian beliau)

Ah.. indah ya? Saya berpikir, kenapa ya memaafkan itu berganjar balasan yang sebegitu besar.. ternyata ya memang karena melakukannya ga mudah.. sungguh, memaafkan itu ngga mudah.. apalagi klo yang punya salah itu ga minta maaf. Tapi hal yang sulit dilakukan bukan berarti ga bisa dilakukan kan? Mari kita berjuang untuk memaafkan mereka yang telah menyakiti kita, seperti mereka (yang lain) yang juga telah berjuang untuk memaafkan kita saat dulu kita menyakiti mereka. Mereka memaafkan kita meski kita ga minta maaf. Dan saat ini tiba waktunya kita untuk melakukannya, supaya kita juga mendapat kemuliaan yang sama seperti mereka :)



*Jakarta, 4 mei 2013, 17.07WIB


Friday, May 3, 2013

Relationship


Relationship, sebuah jaring penghubung antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain dalam berinteraksi. Ya, begitulah definisinya menurut (kesoktahuan) saya. :D
Saya mengalami beberapa kejadian belakangan ini yang membuat saya berpikir lebih dalam tentang kata yang satu itu. Hmm, ya. Relationship. Dalam hal ini bentuknya bisa apapun. Pertemanan, persahabatan, pernikahan, rekan kerja, dsb. Pokoknya segala hubungan yang tidak didasarkan pada ikatan darah atau garis keturunan.
Saya bertanya dalam hati, sebenarnya apa yang menjadi hal pokok yang mampu menguatkan sebuah relationship (apapun bentuknya) hingga menjadi sebuah hubungan yang sehat. Lama saya mengamati, merasai dan memikirkan tentang jawaban dari pertanyaan saya tersebut, dan apa yang akan saya tuangkan disini adalah jawaban dari rangkaian proses mengamati, merasai, dan berpikir tersebut. Lets check this out.. :)
Yang pertama dan yang utama yang harus ada dalam sebuah relationship (apapun bentuknya) adalah penerimaan. Kedua belah pihak yang mengadakan relationship harus saling menerima satu sama lain. Relationship tidak akan pernah menjadi suatu hal yang baik jika penerimaan yang dilakukan hanya pada sisi baiknya saja.
Kadang kita lupa bahwa kita adalah manusia, yang juga berinteraksi dengan manusia, dan manusia pasti punya dua sisi dalam dirinya. Yang baik, dan yang buruk. Bagi mereka yang tak yakin bisa saling menerima kedua sisi tersebut seutuhnya, maka relationship yang sehat hanya akan jadi sebuah mimipi. 
Karena sungguh, mereka yang patut kau pertahankan adalah mereka yang berkenan untuk tetap setia duduk disampingmu, mendampingimu untuk bertumbuh menjadi lebih baik disetiap detikmu, meski mereka tau seberapa besar lubang cela yang ada pada dirimu.
 Sebenarnya ada satu orang dalam hidup kita yang secara naluriah akan melakukan hal tersebut. Do you know who? Yap.. she is your mom. Bagaimanapun kita, sebesar apapun kesalahan kita, ia akan selalu menyediakan tempat kembali bagi kita. Seperti kalimat yang pernah saya baca sebelum ini, “when you truly care for someone, their mistake never change you feelings because it’s the mind gets angry, but the heart still care.”
Hal kedua adalah Kepercayaan. Menurut saya ini hal krusial yang harus dimiliki dalam relationship (apapun bentuknya) jika ia ingin tumbuh menjadi hubungan yang sehat.  Saya juga sempat berpikir, sebenarnya, rasa percaya itu datang darimana, dan disebabkan oleh apa? Karena waktu lamanya saling mengenal? Atau dari kerapnya intensitas pertemuan? Saya meyakini bahwa lamanya durasi dan frekuensi kedua belah pihak dalam berinteraksi dapat menumbuhkan rasa saling percaya. Tapi saya rasa tidak semata – mata karena itu. Karena bukankah banyak dari kita yang bertemu dengan seseorang lalu tiba – tiba menjadi begitu percaya pada orang tersebut dan seketika mampu membangun sebuah hubungan (persahabatan, misalnya). Ya kan?
Jadi, bagaimana “rasa percaya yang tiba – tiba” itu bisa ada? darimana datangnya hingga sebegitu serta merta? Saya pikir, rasa percaya yang semacam itu adalah gift. Ia adalah sebuah intuisi. Yang namanya intuisi selalu tidak pernah bisa dijelaskan apa dan bagaimananya kan? Ya, begitulah. Ia akan hadir begitu saja. Entah karena apa.
Well.. tulisan ini mungkin sangat sederhana dan terlampau subjektif. Tapi semoga tulisan ini bisa memberi inspirasi dan manfaat, sekecil apapun itu. :)



Jakarta, 2 april 2013, 11.54am

Saturday, April 27, 2013

Sebuah Jawaban

Saat dalam kepalamu terlintas sebuah pertanyaan dan tak kunjung kau temukan jawabannya meski sudah sekuat tenaga mencari, maka tunggulah sejenak, dan jawaban itu akan segera dikirimkanNya entah dengan cara bagaimana.. percaya? saya sangat percaya..


Siang ini, Allah kirimkan jawaban untuk sebuah pertanyaan yang 2 pekan ini tertahan di kepala saya. Tanpa direkayasa, seorang shalihah membacakan kalimat ini tepat di sebelah telinga saya... 
Ujian paling berat bagi pecinta sejati adalah pada keyakinannya terhadap kesejatian cintanya sendiri, dan keyakinannya pada kekuatan cinta untuk terus menerus melahirkan kebajikan. (Anis Matta)

Dan saya rasa, kalimat itu adalah jawaban dariNya.

Ya. begitulah Dia. CaraNya "menjawab" seringkali tak terduga. Bisa melalui apapun. Dari yang sepele hingga yang luar biasa. :)

Sunday, April 21, 2013

kau..


Senja turun perlahan..
Di pelupuk mataku, masih jelas terkenang kepul asap dari cangkir kopimu..
Menari ia berpadu dengan jingga..
nyaring pula terdengar dendang lagu cinta..

Ah, sempurnanya mereka menyesakiku..


Kau..!!
Taukah kau aku rindu?





*jakarta, 31 Agustus 2012, 4.00am

Tentang keyakinan


‘keyakinan’ itu sebenarnya apa?
darimana ia datang?
Ah bukan.. aku tidak sedang bicara tentang Dia..
Ini tentang ‘keyakinan’ yang lain..

Ya.. Sebenarnya, ‘keyakinan’ itu apa?
Darimana ia muncul?
Apa iya bisa sebegitu serta merta?
Lantas, kapan waktunya aku bisa meyakini adanya ‘keyakinan’ itu, sementara ia seringkali ku temui berubah-ubah?
Atau memang begitu sifatnya?

Jadi, ‘keyakinan’ yang semacam apa yang bisa kita yakini?






*jakarta, 21 April 2013, 19.14WIB

My Favorite Part of "Sunset Bersama Rosie"


Sebenarnya, apakah itu perasaan? Keinginan? Rasa memiliki? Rasa sakit, gelisah, sesak tidak bisa tidur, kerinduan, kebencian?
Bukankah dengan berlalunya waktu semuanya seperti gelas kosong yang berdebu, begitu-begitu saja, tidak istimewa.
Malah lucu serta gemas saat dikenang.
Sebenarnya, apakah pengorbanan memiliki harga dan batasan?
Atau priceless, tidak terbeli dengan uang, karena kita lakukan hanya untuk sesuatu yang amat spesial di waktu yang juga spesial?
Atau boleh jadi gratis, karena kita lakukan saja, dan selalu menyenangkan untuk dilakukan berkali-kali.
Sebenarnya, apakah itu ‘kesempatan’?
apakah itu makna ‘keputusan’?
bagaimana mungkin kita terkadang menyesal karena sebuah ‘keputusan’ atas sepucuk ‘kesempatan’?
sebenarnya, siapakah yang selalu pantas kita sayangi?


*TereLiye