Relationship,
sebuah jaring penghubung antara individu atau kelompok yang satu dengan yang
lain dalam berinteraksi. Ya, begitulah definisinya menurut (kesoktahuan) saya. :D
Saya mengalami
beberapa kejadian belakangan ini yang membuat saya berpikir lebih dalam tentang
kata yang satu itu. Hmm, ya. Relationship. Dalam hal ini bentuknya bisa apapun.
Pertemanan, persahabatan, pernikahan, rekan kerja, dsb. Pokoknya segala hubungan
yang tidak didasarkan pada ikatan darah atau garis keturunan.
Saya bertanya
dalam hati, sebenarnya apa yang menjadi hal pokok yang mampu menguatkan sebuah
relationship (apapun bentuknya) hingga menjadi sebuah hubungan yang sehat. Lama
saya mengamati, merasai dan memikirkan tentang jawaban dari pertanyaan saya
tersebut, dan apa yang akan saya tuangkan disini adalah jawaban dari rangkaian
proses mengamati, merasai, dan berpikir tersebut. Lets check this out.. :)
Yang pertama
dan yang utama yang harus ada dalam sebuah relationship (apapun bentuknya)
adalah penerimaan. Kedua belah pihak yang mengadakan relationship harus saling
menerima satu sama lain. Relationship tidak akan pernah menjadi suatu hal yang
baik jika penerimaan yang dilakukan hanya pada sisi baiknya saja.
Kadang kita
lupa bahwa kita adalah manusia, yang juga berinteraksi dengan manusia, dan
manusia pasti punya dua sisi dalam dirinya. Yang baik, dan yang buruk. Bagi mereka
yang tak yakin bisa saling menerima kedua sisi tersebut seutuhnya, maka
relationship yang sehat hanya akan jadi sebuah mimipi.
Karena sungguh, mereka yang patut kau pertahankan adalah mereka yang berkenan untuk tetap setia duduk disampingmu, mendampingimu untuk bertumbuh menjadi lebih baik disetiap detikmu, meski mereka tau seberapa besar lubang cela yang ada pada dirimu.Sebenarnya ada satu orang dalam hidup kita yang secara naluriah akan melakukan hal tersebut. Do you know who? Yap.. she is your mom. Bagaimanapun kita, sebesar apapun kesalahan kita, ia akan selalu menyediakan tempat kembali bagi kita. Seperti kalimat yang pernah saya baca sebelum ini, “when you truly care for someone, their mistake never change you feelings because it’s the mind gets angry, but the heart still care.”
Hal kedua
adalah Kepercayaan. Menurut saya ini hal krusial yang harus dimiliki dalam
relationship (apapun bentuknya) jika ia ingin tumbuh menjadi hubungan yang sehat.
Saya juga sempat berpikir, sebenarnya,
rasa percaya itu datang darimana, dan disebabkan oleh apa? Karena waktu lamanya
saling mengenal? Atau dari kerapnya intensitas pertemuan? Saya meyakini bahwa lamanya
durasi dan frekuensi kedua belah pihak dalam berinteraksi dapat menumbuhkan
rasa saling percaya. Tapi saya rasa tidak semata – mata karena itu. Karena bukankah
banyak dari kita yang bertemu dengan seseorang lalu tiba – tiba menjadi begitu
percaya pada orang tersebut dan seketika mampu membangun sebuah hubungan
(persahabatan, misalnya). Ya kan?
Jadi, bagaimana
“rasa percaya yang tiba – tiba” itu bisa ada? darimana datangnya hingga
sebegitu serta merta? Saya pikir, rasa percaya yang semacam itu adalah gift. Ia
adalah sebuah intuisi. Yang namanya intuisi selalu tidak pernah bisa dijelaskan
apa dan bagaimananya kan? Ya, begitulah. Ia akan hadir begitu saja. Entah karena
apa.
Well.. tulisan
ini mungkin sangat sederhana dan terlampau subjektif. Tapi semoga tulisan ini
bisa memberi inspirasi dan manfaat, sekecil apapun itu. :)
Jakarta,
2 april 2013, 11.54am
No comments:
Post a Comment