Saturday, March 30, 2013

Lupa


Sejauh ini, yang saya pahami, manusia memang diberi (sedikit) kemampuan untuk mengendalikan apa - apa saja yang ingin diingatnya.. Namun sepertinya, manusia tidak pernah dibekali kemampuan sedikitpun untuk mengandalikan apa - apa saja yang ingin dilupakannya..

Sepakat??



Untuk mengingat suatu hal, manusia masih bisa mengusahakanya dengan berbagai cara.. 
Namun untuk melupakan sesuatu, adalah mutlak hasil kerja waktu dan kerelaanNya..

Selalu Ada Harga Yang Harus Dibayar Untuk Sebuah Keinginan



Pukul 20.38, sebuah pesan masuk ke salah satu akun media sosial yang saya punya..

“kak ikaaaaa.. Pengen Luluuuuuus...”

Hihihi.. ternyata dari seorang adik shalihah yang saat ini sedang bergulat dengan skripsi di semester ke sepuluhnya.. mungkin karena besok itu ada wisuda untuk mahasiswa yang lulus di semester ganjil, jadi yaaa dia segitu envy-nya.. :D siapa juga yang ga envy ngeliat (sebagian)  teman – teman seperjuangannya besok pake kostum gagak hitam.. hehe

Yang saya tau, adik saya yang satu ini memang aktivitasnya segudang. Apa yang dia jalani berbeda dari apa yang dijalani mahasiswa kebanyakan.  Jadi baginya, jungkir-baliknya penyelesaian sebuah makhluk bernama skripsi itu pun juga terasa berbeda..

***

Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keinginan.. apapun itu..
iya, kan?
Tapi pernahkah kita berpikir bahwa harga yang harus kita bayar “selalu akan senilai” dengan apa yang kita inginkan?

Analoginya begini. ketika ada dua pemuda yang ingin menyandang gelar sarjana dari sebuah jurusan pada institusi yang sama. Pemuda pertama datang dari keluarga yang berkecukupan dan hidup serba mudah, sementara pemuda kedua datang dari keluarga dengan ekonomi sulit. Keinginan mereka sama bukan? Ya, yang mereka tuju memang sama, tapi saya yakin apa yang mereka jalani akan berbeda. Pemuda kedua (mungkin) harus bekerja paruh waktu,  pulang larut malam – merelakan waktu istirahatnya – untuk membiayai kuliahnya. sebuah hal yang (mungkin) tidak perlu dilakukan oleh pemuda pertama. Jadi, dari satu variabel tersebut, apa kita bisa menyatakan bahwa nilai “sarjana” bagi keduanya sama??

***

Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keinginan.. apapun itu..
Yang saya pahami, ketika yang kita hadapi untuk mencapai apa yang kita mau tak semudah yang lainnya. Ketika apa yang kita jalani untuk mencapai keinginan kita terasa begitu melelahkan, begitu rumit, begitu tak biasa, dan begitu menguras segalanya. Pernahkah kita berpikir bahwa apa yang hendak kita tebus itu memang sesuatu yang begitu mahal dan bernilai?? Atau bisa jadi kita tidak sadar bahwa apa yang kita tuju itu memang terlalu istimewa..

Jadi, jangan buru - buru menyerah.. tetaplah berjuang hingga habis helaan napasmu, hingga hilang detak nadimu, hingga kering tetes darahmu..



Sungguh, selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keinginan.. apapun itu..



*Timur Jakarta, 18 Maret 2013, 21:54


~Semoga Bermanfaat dan Menginspirasi :)

..Langit..

Bukan, sungguh ini bukan tentang birunya..
Bukan pula tentang awannya yang berarak-arak..

Ini bukan tentang pagi, senja, atau malamnya..
bukan tentang gerimis atau badainya yang menderu-deru..
tidak pula tentang anggun purnamanya..



lantas?


Entah bagimu, bagiku langit hanya perkara rasa..
undescribed..
sejak zaman firaun dulu, segala yang berkaitan dengan rasa memang selalu tidak pernah bisa didefinisikan secara secara sempurna kan?



ya, begitulah.. :)





*Jakarta, March 24, 2013, 06.57am

Monday, February 11, 2013

Untitled

Semesta pun tahu..
yang tidak, hanya engkau..

ah betapa rinduku kian menderu..
tanpa sekalipun bisa berdamai dengan waktu..
menelusup jauh tak berbatas..
meraja..
bertahta sempurna..

ya..
semesta pun tahu..
yang tidak, hanya engkau..


*09 April 2012, 11:47pm

Sunday, February 10, 2013

perahu kertas

ini adalah senjaku yang ke seribu..
dan kau tau?
saat ini aku masih duduk di dermaga yang sama melipat jutaan perahu kertas untukmu..
tak adakah yg sampai??

Monday, February 4, 2013

Semesta Bertasbih


Dan semesta pun bertasbih
Harmonisasi tercipta dalam kolaborasi  angin dingin dan purnama bening yang membersamai kami
Malam itu, setiap jiwa berdialog dengan nuraninya
Menangis
Menyesali setiap lalai
Mencaci mengutuki diri

Istighfar terdengar lirih bersahutan
Mungkin kala itu malikat tengah memeluk kami erat-erat
Mendengar lirih sesal kami
Mendengar lirih janji-janji kami
Mendengar lirih mimpi-mimpi yang sempat  kami rapal

Kami tahu pasti. Tuhan kami tidak pernah tidur
Ia pernah berjanji akan turun dilepas sepertiga malam pertama
Ia berjanji akan mengampuni makhluknya yang memohon ampun
Ia berjanji akan mengabulkan makhluknya yang merapal pinta
Dan kami meyakini kuat-kuat bahwa Ia tak pernah ingkar

Malam itu
Sekalipun dalam lirih, kami tahu kala ituIa mendegar
Mendengar sesal kami
Mendengar istighfar kami
Mendengar janji-janji kami
Mendengar mimpi-mimpi kami





Jakarta, 18 juli 2011, 12:51 (mengingat paseban)